Senin, 06 Februari 2012

BANGUNLAH KARAKTER DAN PENGETAHUAN ANAK ITU, MAKA IA AKAN BERMANFAAT BAGI DUNIA DAN SEGALA ISINYA

BANGUNLAH KARAKTER DAN PENGETAHUAN ANAK ITU,
MAKA IA AKAN BERMANFAAT BAGI DUNIA DAN SEGALA ISINYA

(seri: Belajar Pembelajaran)
Oleh: Drs. Wanapri Pangaribuan, MT

A. Apakah cukup pengetahuan anak saja di bangun ?
Inetgrasi Hardskill dan soft skill adalah makna pendidikan. Pendidikan harus memadukan kecerdasan otak dan karakter sehingga kehidupan bermakna. Pendidikan tidak hanya transfer knowledge. Pendidikan dengan arti transfer knowledge dianggap sukses, namun sebenarnya belum sepenuhnya.
B. Masalah pendidikan.
Jika sukses memang bermakna, mengapa gedung-gedung kita semakin tinggi tetapi kesabaran kita semakin rendah. Jika sukses memang bermakna, mengapa gaji kita bertambah dua kali lipat, stress kita pun bertambah dua kali lipat. Jika sukses memang bermakna, mengapa harta benda kita semakin bertambah namun kebajikan kita semaking berkurang. Jika sukses memang bermakna, mengapa kebebasan kita semakin tinggi tanggung jawab kita semakin rendah. Jika sukses memang bermakna, mengapa kita sudah mencapai bulan tetapi tetangga sebelah semakin jauh dari hati. Jika sukses memang bermakna, mengapa kita sudah menjelajah planet mars tetapi mengapa sudut-sudut kota kita semakin taka man ditelusuri. Kalau sukses memang bermakna, kita sudah menaklukkan angkasa luar, tetapi hati kita semakin takluk pada kebencian dan keangkaramurkaan.
C. Sangatkah penting karakter ???
“Character is every thing”
When wealth is loss, nothing is loss
When healt is loss, something is loss
When character is loss, every thing is loss.

D. Karakter yang bagaimana yang perlu dibangun ???

Karakter yang menghasilkan kemuliaan bagi pemiliknya
“Berani, kerja keras, pantang menyerah, jujur, rendah hati, penolong, sopan”

E. Bagaimana membangunnya ???

“low of the harvest in education”

Show a though, reap an action.
Show an action, reap a habbit
Show a habbit, reap a character
Show a character, reap a dignity

F. Siapakah yang layak membangun karakter itu ???

Guru, ia adalah seorang pendidik …. !!!
Di dalam rumah ia membawa kebaikan,
Di dalam bisnis ia membawa kejujuran,
Di dalam masyarakat ia tampil dengan kesopanan,
Di dalam pekerjaan, ia memiliki kecermatan
Di dalam permainan ia menjungjung tinggi sportivitas
Di tengah masyarakat ia membawa kedamaian dan kesejukan
Terhadap yang beruntung ia memberi selamat
Terhadap yang lemah, ia menolong
Terhadap yang jahat ia bertahan, untuk tidak ikut jahat
Terhadap yang kuat ia percaya
Terhadap yang menyesal ia dapat memaafkan
Terhadap Tuhan ia memuliakan.
Ia memiliki kekuatan untuk mengasihi sepenuh hati….
Ia adalah “Gagasan Usaha Rasa Utama”
Gagasan = kompetensi profesional
Usaha = Kompetensi pedagogic
Rasa = Kompetensi Sosial
Utama = Kompetensi kepribadian (keteladanan)
“ ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, tut wuri handayani”

G. Siapakah yang pantas menjadi guru ???
Semua kita yang memiliki pengetahuan dan karakter yang menghasilkan kemuliaan

H. Pemaknaan pekerjaan pendidik

1. Suci Pekerjaan itu adalah panggilan ku, maka aku sanggup bekerja dengan benar
2. Sehat Pekerjaan itu aktualisasiku, maka aku sanggup bekerja keras
3. Rahmat Pekerjaan itu adalah terima kasih ku, maka aku sanggu bekerja untuk Tuhan
4. Amanah Pekerjaan itu adalah tanggungjawab ku, maka aku sanggup bekerja tuntas
5. Seni Pekerjaan itu adalah kesukaan ku, maka aku dapat bekerja dengan kreatif
6. Ibadah Bekerja adalah pengabdianku, maka aku harus bekerja dengan serius
7. Mulia Bekerja itu adalah pelayanan ku, sehingga aku harus bekerja dengan sempurna
8. Kehormatan Bekerja itu adalah kewajibanku dan aku bekerja harus unggul

I. Hukum Air Mata

“Siapa yang menabur dengan air mata, ia akan menuai dengan sorak sorai”

J. Mendidik anak didik

Jika anak diajar dengan caca maki, maka ia belajar rendah diri.
Jika anak diajar dengan kekerasan, maka ia belajar memberontak dan menentang.
Jika anak diajar dengan kebencian, maka ia belajar memusuhi.
Jika anak diajar dengan tidak serius, maka ia belajar menyepelekan.
Jika anak diajar dengan dukungan, ia belajar menghargai diri dan kehidupan.
Jika anak diajar dengan kemakluman, ia belajar menghargai.
Jika anak diajar dengan serius, ia belajar giat hingga tuntas.
Jika anak diajar dengan kasih sayang, ia belajar berkorban dan mengasihi.
Jika anak diajar dengan makna kebajikan, ia belajar kerelaan.
Jika anak diajar dengan kesederhanaan, ia belajar bersyukur
Jika anak diajar dengan penuh makna, maka ia belajr bermakn a bagi orang lain.

K. Hidup Terlalu Singkat
Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan.
Hidup terlalu singkat untuk disedihkan.
Hidup terlalu singkat untuk tidak dimaknai

PETA HARAPAN DAN MASA DEPAN GEMILANG*

PETA HARAPAN DAN MASA DEPAN GEMILANG*
Oleh: Drs. Wanapri Pangaribuan, MT**
______________________________________________________________
ABSTRAK
Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang, masa depan yang indah, masa depan yang harus diraih. Hidup penuh tantangan, hidup penuh persaingan, hidup penuh perjuangan, dan hidup penuh keindahan. Keindahan dapat kita miliki dan menjadi kebahagiaan bagi kita. Milikilah keindahan dan kebahagiaan itu yang merupakan hak kita dan diciptakan untuk kita.

A. KEBAHAGIAAN ITU ADALAH HAK DAN MILIK KITA
Hidup manusia diawali dengan kesempurnaan yang membahagiakan, semuanya disediakan Tuhan dengan berkelimpahan. Manusia diciptakan segambar dengan Allah, penuh kemuliaan dan kebahagiaan, tak pernah berkekurangan justru berkelimpahan. Manusia memiliki kuasa atas bumi dan langitpun mencurahkan berkah-berkah yang tak habis-habisnya. Tetapi kenapa begitu banyak manusia yang menderita, susah, dan berpenyakitan, saling menyakiti, saling membunuh ?
Dimanakah kemuliaan manusia yang dimilikinya ?? Tentunya telah hilang karena karakter yang dimilikinya telah hilang juga. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bernard Show dalam Hukum Penuaian Pendidikan, “Show a though reap an action; show an action reap a habit; show a habit reap a character; show a character reap a dignity”. Dengan demikian kemuliaan manusia ada ketika karakter dimiliki. Bahkan dapat dikatakan bahwa: “ketika harta kita hilang sesungguhnya tidak ada yang hilang dari diri kita; ketika kesehatan hilang maka ada satu yang hilang; dan ketika karakter hilang maka segalanya telah hilang”. Dengan demikian segalanya adalah karakter.
Hal yang identik juga dikatakan para pemikir berikut yang diakses dari internet http://pondokibu.com/parenting/.. Theodore Rosevelt, Mahatma Gandhi, dan Martin Luther King. Theodore Rosevelt mengemukakan bahwa “mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman berbahaya bagi masyarakat”. Lebih lanjut Mahatma Gandhi memperingatkan bahwa “salah satu dari tujuh dosa fatal adalah pendidikan tanpa karakter”. Oleh karena itu pendidikan harus berkarakter, bahkan Martin Luther King mengatakan “kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya”. Jadi jelaslah karakter sangat penting bagi manusia, bangsa dan Negara.
Jika manusia tidak bahagia, manusia menjadi miskin, manusia menjadi pesakitan, adalah akibat dari kehilangan karakter. Kebahagiaan tersebut adalah hak kita, kita harus memilikinya, kita harus menikmatinya, kita harus memperjuangkannya. Oleh karena itu, jangan biarkan diri mu tidak berbahagia, tidak kaya, akan tetapi jadilah orang-orang yang sukses, orang hebat, orang-orang yang memiliki kemuliaan. Sederhana yang harus anda miliki yaitu karakter.

B. ORANG-ORANG SUKSES DENGAN KARAKTER BAIK
Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dipungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!

Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.

Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.

Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya. Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.

Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.

Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.

Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses kan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.
(http://www.wansbook.co.cc/2009/07/kisah-sukses-bill-gates.html)
Karakter apakah yang dimiliki oleh Bill Gates ??. Dan mari kita lihat tokoh-tkoh berikut (Pangaribuan, 2008).
Michelangelo (1475-1564) adalah seorang pemahat, pelukis, penyair, dan arsitek kondang, namun sifatnya gampang iri dan mudah naik darah, dijuluki “si bakat yang kesepian”. Salah satu karya pahatannya yang sangat terkenal adalah diberi nama “Daud”.

Raphael (1483-1520) pelukis dan pematung, dalam usia muda sudah terkenal, pahatannya banyak dalam bentuk Patung Maria.

Leonardo Da Vinci (1452-1519) yang merupakan guru dari Michelangelo dan Raphael, banyak melukis suasana perang yang heroic yang dibalik semuanya itu adalah kepedihan. Alangkah indahnya jika jehidupan ini tidak ada perang, tetapi hanya ada kebahagiaan. Kebahagiaan itu tergambar dari senyum yang teramat manis, dan ia melukis “Monalisa” dengan senyumannya termanis di dunia.
Diakhir hidupnya ia berpesan kepada salah seorang muridnya, :”Meizi, ingatlah hidup tanpa karya akan terasa panjang dan lamban, baik-baiklah mengisi hidup, sesungguhnya hidup ini singkat. Melewatkan satu hari yang penuh isi, akan memperoleh tidur yang tenang; demikian juga, giat mengisi sepanjang hidup, akan pergi dengan tenang”. Ketiga tokoh Seni di atas adalah bangsa Francis.

Tokoh seni terkenal Indonesia: Affandi, Rendra, Guntur Soekarno Putra, dll.
Walt Disney (1901-1966) bangsa Amerika dengan filim karton humor yang disukai oleh anak-anak sedunia. Ia penggagas dan pembangun “Disney Land” yang resmi dibuka tanggal 23 Oktober 1971.

Sidharta Gautama adalah anak dari Raja Sudhodana dan Ratu Maya dari kerajaan Kosala. Raja sangat perkasa dan gagah berani serta penuh dengan ambisi menaklukkan kerajaan lain. Pada tahun 623 SM, di India terdapat banyak kerajaan dan saling berperang. Sidharta Gautama adalah putera mahkota yang menjadi Pangeran, selalu merasa sedih ketika harus berperang dan banyak melukai dan membunuh manusia. Iapun menghindarkan diri dari peperangan dan meninggalkan kerajaan pergi bertapa dan merenung dan ia menjadim manusia yang sejati yang tak terikat waktu dan tempat (dia menjadi Budha): “Suasana hati yang bersih adalah yang terpenting”. Sidharta Gautama adalah bangsa India.

Galileo Galilei adalah bangsa Italia (1564- 1642) anak dari seorang musisi terkenal yang bernama Vincenzio. Dalam masa kecilnya, Galileo hanya bermain membaca, bermain musik dan melukis. Namun karena ayahnya tidak memiliki cukup dana, maka Vincenzio sering meminjam buku-buku ilmu pengetahuan dari orang-orang kaya untuk dibaca oleh anaknya. Galileo Galilei menemukan system tata surya, yang menyatakan bahwa: “Mata hari adalah pusat dari planet-planet”. Pernyataan Galileo Galilei menentang pernyataan Aristoteles dan Kaum Gerejani, yang menyakatakan bahwa: “Matahari mengelilingi bumi”. Galileo Galilei juga menciptakan jam bandul. Galileo Galilei adalah ilmuan abad ke-16;

Newton dengan hokum geraknya adalah ilmuan abad ke-17;
Albert Einstein dengan teori relativitasnya adalah ilmuan abad ke-20.
Alfred Bernhard Nobel (1833-1896) penemu dinamid, dan hasil pemuannya ia mempunyai uang yang sangat banyak, dan diakhir masa hidupnya ia berpesan:”semua uang dan hasil dari uang yang disimpannya sksn diberi kepada penemu-penemu sepanjang zaman, yang disebut sebagai hadiah Nobel. Hadiah Nobel pertama diserahkan pada tahun 1901, kepada para ilmuan dan perdamaian dunia. Alfred Bernhard Nobel adalah bangsa Swedia.
Marie Curie (1867-1934) bangsa Polandia, menemukan Teori Radio Aktif dan menemukan Radium, dan ia menerima hadiah Nobel bidang Kimia tahun 1911.

Wright bersaudara (1867-1947) bangsa Amerika, penemu pesawat terbang, dan membuat pabrik pesawat terbang “Wright Company) tahun 1909.
James Watt (1776-1819) bangsa Scotlandia penemu mesin uap. Diakhir hidupnya, ia berkata:” Jangan takut bekerja keras, karena itulah kunci kesuksesan”.
Alexander Graham Bell (1847-1923) bangsa Skotlandia penemu telegraf tahun 1875, dan penemu telepon tahun 1876. Mendirikan sekolah tuna rungu tahun 1883.
Christopher Columbus (1451-1505) bangsa Italia pemimin ekspedisi yang mengharungi Samudra Atlantik dan menemukan Pulau Kuba, dan menyatakan bahwa: Dunia ini adalah bulat, buka seperti piring ceper”. Terkenal dalam wacana dan cerita yaitu: “telur Calombus”
C. KELUAR DARI SUMUR TUA
Karakter buruk yang kita lakukan pada masa-masa yang lalu membenamkan kita ke dalam sumur yang dalam sehingga kita tak leluasa berkembang dan berprestasi serta sukses. Kita semua harus keluar dari sumur tua yang kita gali sendiri dan kita terperosok ke dalamnya. Keluar dari sumur tua adalah membangun karakter baik dalam diri kita.

Masa depan yang gemilang dapat diraih dengan karakter-karakter baik kita. Sebagai manusia, kita mesti jujur, bahwa pada tahun lalu, kita melakukan pelbagai tindakan negatif. Ini perlu kita imbas dan renungkan kembali, apa implikasinya terhadap diri, keluarga, negara dan agama. Perhitungan ini sangat perlu dilakukan, agar kita mampu mengkritik diri sendiri sebagaimana dikatakan, `hitung-hitung dirimu, sebelum kamu dihitung'.
Mereka yang mengakui kesalahan dan kejahatan sendiri akan lebih mulia berbanding dengan orang lain. Inilah ajaran suci kita, sehingga kelemahan yang ada dalam diri ini boleh kita ubah, bincangkan bersama dengan orang tua kita, dan dengan orang yang dekat dengan kita yang kita percaya. Dengan demikian, sifat negatif kita secara berangsur boleh berkurang.
Sebagai makhluk yang lemah, introspeksi diri sangat perlu dilakukan. Orang yang mulia adalah orang yang mau mengakui kesalahannya dan bertekad merubahnya. Rasulullah dengan ajaran sucinya selalu memberikan peringatan ini kepada para sahabatnya agar mereka menyedari betapa pentingnya mengubah diri. Perkara paling penting untuk mengubah diri, Rasulullah mengajarkan pelbagai macam doa, agar kita terhindar daripada segala sifat negatif. Apabila manusia mau merubah dirinya, maka Allah juga akan membantu kepada perubahan ini. “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib sesuatu bangsa, sampai mereka mahu merubah diri mereka sendiri”(maksud QS 13:11). (http://www.scribd.com/doc/7737633/Perancangan-Rapi-Untuk-Kejayaan-Masa-Depan).
Dalam Yakobus1:8, “Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya”.

Suatu saat ada perlombaan panjat tebing yang diikuti oleh para katak dari segala jenisnya. Ketika start semua penonton bersorak mendukung mereka. Tapi di tengah pertandingan, beberapa katak menyerah karena medan perlombaan sangat berat. Hanya ada lima katak terus berjuang mencapai garis akhir. Saat medan bertambah sulit para penonton yang tadinya mendukung para katak itu mulai tidak yakin akan kemampuan mereka. Mereka berteriak agar para katak menyerah saja. Bahkan sebagian memberitahu para katak bahwa medan yang berat itu berbahaya dan bisa membunuh mereka. Akhirnya hanya seekor katak yang bertahan dan memenangkan perlombaan. Setelah diteliti mengapa banyak yang gagal, hasilnya menyebutkan mereka mendengarkan perkataan penonton menjadi takut dan berhenti. Dan bagaimana dengan katak yang bisa terus dan akhirnya memenangkan pertandingan? Ternyata ia adalah seekor katak yang tuli, ia tidak mendengar apapun yang penonton katakan. Dalam kasus ini, budek itu anugerah.

Saat kesulitan hidup meningkat, daripada percaya Tuhan kita seringkali mendengarkan suara negatif orang-orang di sekitar kita dan mempercayainya. Jadi jika anda ingin mencapai tujuan hidupmu, jangan memberi tempat kepada perkataan negatif, intimidasi dari orang lain. Yakinlah akan tujuanmu, tempatkan perkataan Tuhan sebagai panduan, dan percayalah akan jawaban..doa-doamu! Tutuplah kuping Anda untuk hal-hal yang negatif! (http://renungan-harian-kita.blogspot.com/)
Dalam Mazmur 34:13-14 berkata: “Siapakah orang yang menyukai hidup yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik ?. Jagalah lidah mu terhadap hal yang jahat dan bibir mu terhadap ucapan-ucapan yang menipu”. Dengan demikian orang-orang yang akan menikmati kebaikan dalam hidupnya adalah orang-orang yang berkata jujur, orang-orang yang menghindari ucapan-ucapan buruk. Orang-orang yang berkata-kata baik biasanya adalah orang-orang yang di dalam hatinya baik. Orang-orang yang hatinya baik akan menikmati kebaikan dari Tuhan .
“Lidah” memang bagian tubuh yang lemah dan kecil serta tak bertulang, namun lidah bila digunakan untuk hal yang tidak baik dapat berdampak keburukan yang luar biasa. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan” demikian besarnya kengerihan akibat dari lidah yang tak baik. Namun lidah jika digunakan dapat menjadi kebahagiaan dan kehormatan bagi pemiliknya dan juga bagi orang lain. Lidah dapat digunakan untuk memotivasi dan juga menghibur orang lain. Lidah yang baik adalah lidah yang selalu berkata baik, berkata jujur, berkata yang membuat motivasi.
D. PETA HARAPAN DAN MASA DEPAN GEMILANG
Masa depan yang baik, yang indah adalah hasil rancangan kita dan angan-angan kita. Mari kita angan-angankan masa depan kita yang terbaik yang harus kita raih. Mari kita merenung dan rileks untuk menghayalkannya. Mari kita sesuka hati kita mengangankan masa depan kita, tanpa terikat waktu, ruang, kelemahan, maupun tanpa halangan. Hal itu pasti dapat dicapai, karena Tuhan akan mengagurahkan bagi mu, bagi kita semua.
Kita semua yang hadir di sini adalah pemilik masa depan yang gemilang, masa depan yang membahagiakan kita, masa depan yang sukses dan semuanya dapat kita nikmati dengan karakter yang kita bangun. Kita adalah pemilik masa depan Negara yang kaya raya ini. Ditangan kita semuanya kejayaan akan dimiliki bangsa kita. Kita semua adalah orang-orang yang mampu dan berhasil menciptakan kejayaan bangsa dan Negara kita.
PETA REFLEKSI PERBUATAN
Mari kita ingat masa-masa lalu kita dengan mengisi tabel berikut.
ISILAH DENGAN HAL YANG ANDA INGAT MASA LALU YANG BERKESAN YANG BAIK MAUPUN YANG BURUK SEKARANG APA YANG TELAH ANDA LAKUKAN
PERBUATAN
BAIK Hingga 15 tahun yang lalu Hingga 10 tahun yang lalu Hingga 5 tahun yang lalu





PERBUATAN JELEK/ BURUK






PETA HARAPAN YANG GEMILANG
Tulislah cita-cita mu dan apa yang harus kamu perbuat
CITA-CITA HAL BAIK YANG HARUS DIPERBUAT UNTUK MENCAPAI CITA-CITA (untuk tahun-tahun yang akan datang)
Hingga 5 tahun ke depan Hingga 10 tahun ke depan Hingga 15 tahun ke depan Hingga 20 tahun ke depan












Hal inilah yang menjadi komitmen ku untuk masa depan ku yang gemilang. Medan, 06 Desember 2011
Pembuat komitmen.

(……………………………)
NIM.

Berdasarkan kedua tabel peta refleksi perbuatan dan peta harapan yang gemilang, kita mengenal diri kita, kita mengenal keinginan baik kita, kita mengenal dan mengetahui cita-cita kita. Cita-cita tinggal hanya cita-cita, ketika kita tidak berusaha meraihnya. Sejalan dengan hal itu, agar cita-cita kita tercapai maka kita harus menetapkan target dan capaian setiap tahun, setiap lima tahun, atau sepuluh tahun kemudian.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/7737633/Perancangan-Rapi-Untuk-Kejayaan-Masa-Depan

http://www.wansbook.co.cc/2009/07/kisah-sukses-bill-gates.html
http://renungan-harian-kita.blogspot.com/
Pangaribuan Wanapri. 2008. “Membangun Ide dan Gagasan Ilimiah Bernilai Jual”. Makalah.
disampaikan pada Pelatihan Penulisan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis, Tanggal 1-2 Desember 2009 di UNIMED

KENDALI KUALITAS PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI DENGAN METODE KENDALI KOKOH (ROBUST CONTROL)

KENDALI KUALITAS PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI DENGAN METODE KENDALI KOKOH (ROBUST CONTROL)
Oleh : Drs. Wanapri Pangaribuan, MT

ABSTRAK
Kendali internal sesuai dengan karakteristik kendali kokoh (robust control), yang menekankan dan memiliki kekuatan pada perencanaan, pemodelan, standar operasional prosedur, dan pemaksaan terhadap subjek didik untuk selalu berada dalam tracking kendali. Komponen kendali, ketua dan sekretaris jurusan atau prodi, dosen, tenaga administrator, dan laboran harus merumuskan standar kerja dan indicator-indikator capaian serta instrument pengukurannya. Kendali kokoh berbasis evaluasi diri secara internal, dan kokoh pada rencana dan prosedur.

A. PENDAHULUAN
Tiga pilar pembangunan pendidikan nasional yang juga menjadi pilar pembangunan pendidikan di program studi adalah pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, dan peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Pilar peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan di program studi merupakan pilar pendukung segala program, kegiatan, proses belajar dan pembelajaran, serta pengadaan sarana dan prasarana untuk tujuan menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan untuk keberlangsungan (susteinibility) program studi tersebut.
Kualitas dan relevansi adalah menggambarkan kemampuan dan kompetensi pengetahuan, sikap, keterampilan kerja yang relevan dengan kebutuhan kerja, serta keunggulan kompetitif lulusan ketika bersaing dengan lulusan-lulusan lainnya, adalah hal yang harus dipenuhi program studi.
Untuk memenuhi kualitas dan relevansi yang diharapkan, program studi pertama sekali harus merumuskan standar program, kegiatan, proses, sarana dan prasarana, indikator ketercapaian, operasional prosedur. Perumusan standar ini merupakan patokan yang harus dicapai dan merupakan tujuan dan arah perjalanan program studi.
Dalam perjalanannya, program studi melaksanakan segala program dan kegiatan serta aktivitasnya diarahkan dan dikendalikan oleh standar. Kendali terhadap program, kegiatan dan aktivitas program studi harus mempertimbangkan deviasi minimal yang diizinkan dibandingkan dengan standar, serta juga mempertimbangkan interval waktu kendali, model pengendalian, dan actuator yang mengeksekusi minimalisasi diviasi (error).
Sejumlah standar dapat dikaji untuk melengkapi Standar Nasional Pendidikan, diantaranya Standar Malcon, Standar Baldrige, Standar Ernest, dan juga berbagai standar yang dirumuskan oleh berbagai Perguruan Tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah apakah standar-standar tersebut sudah meliputi indikator kualitas dan relevansi ?; bagaimana tindakan kendali yang harus dilakukan untuk memenuhi standar tersebut; apakah tindakan kendali tersebut efektif mengendalikan proses yang efisien ?. Jawaban atas pertanyaan tersebutlah yang merupakan kajian yang dilakukan dalam makalah ini.

B. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyangkut delapan standar, yaitu Standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Standar Nasional pendidikan tersebut sering sekali menimbulkan permasalahan di tingkat satuan pendidikan ketika diimplementasikan. Permasalahan tersebut timbul karena keharusan penerapan oleh tingkat satuan pendidikan akan tetapi pada sisi lain satuan pendidikan tidak mampu merealisasikannya, dan pemerintah kurang mampu juga membantu satuan pendidikan dalam perealisasian tersebut.
Manajemen pengelolan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah secara makro harus dikaji kembali. Standarisasi pendidikan yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan, umumnya tidak dapat direalisasikan oleh stuan pendidikan. Seharusnya, kedelapan standar nasional pendidikan tidak serta merta diaplikasikan sekali gus, akan tetapi tahap demi tahap.





















Gambar 1. Delapan Standar Nasional Pendidikan Mempengaruhi Kualitas,
Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan


Standar utama yang harus dirumuskan adalah standar kompetensi lulusan dan standar isi, karena kedua standar ini terkait langsung dengan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan. Agar lulusan berdaya saing, maka dirumuskanlah isi pembelajaran yang dalam hal ini adalah kurikulum, kompetensi yang bagai mana yang harus dimiliki oleh lulusan. Khususnya program studi di Pendidikan Tinggi harus betul-betul serta cermat menentukan standar isi dan kompetensi serta indikator-indikatornya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 26 ayat 4 mengatakan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Rincian standar tersebut di atas diserahkan kepada dan menjadi otoritas perguruan tinggi. Kendali terhadap perguruan tinggi oleh pemerintah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT).












Gambar 2. Parameter Kompetensi Lulusan Pendidikan Tinggi

Lulusan Pendidikan Tinggi disebut memiliki kompetensi jika menerapkan IPTEKS yang dipelajari, ditemukan, dan dikembangkannya kepada kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kompetensi lulusan Pendidikan Tinggi haruslah menyangkut Kompetensi Profesi, kompetensi Strategi, kompetensi Sosial, dan Kompetensi kepribadian. Kompetensi strategi yang dimaksudkan adalah kemampuan mempelajari, menemukan, mengembangkan dan menerapkan IPTEKS dengan berbagai metode dan kiat yang tepat, efektif, dan efisien.
Hal menyangkut standar isi yaitu kurikulum program studi, sebaiknya disusun dengan cermat dengan mengacu pada prinsip keterbaruan (up to date), serta standar isi tersebut seharusnya dirumuskan secara nasional yang disebut kurikulum nasional (kurnas). Kurikulum nasional berlaku secara nasional meliputi pengetahuan utama yang mendasar dalam program studi tersebut. Hal menyangkut kurikulum yang dirumuskan oleh perguruan tinggi yang sering disebut kurikulum muatan lokal, disusun berorientasi pada kesanggupan dan kebutuhan lokal atau daerah.
Perpaduan kurikulum nasional dan lokal harus dapat menjawab pertanyaan “kompetensi apa yang harus dimiliki oleh lulusan untuk dapat berkompetisi dan relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni ?”. Kompetensi tersebut bersifat prediktif, dan masih merupakan pendekatan. Boyatzis (2008) mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki lulusan adalah (1) kompetensi kognisi, seperti sistem berpikir dan pengenalan pola, (2) kompetensi kercerdasan emosi, seperti penguasaan diri dan pengendalian diri, (3) kompetensi kecerdasan sosial, seperti penguasaan kondisi sosial dan hubungan sosial yang terlihat dari empati dan tim kerja. Williams (2008) melihat bahwa kompetensi kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kompetensi adaptif terhadap lingkungan adalah tuntutan abat ke-21. Kompetensi kognisi haruslah meliputi tingkatan tertinggi dari Taxonomi Bloom yaitu tingkat evaluasi (Bloom, 1956). Taxonomi Bloom dalam ranah kognisi menyangkut kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengsintesis, dan mengevaluasi.

Tabel 1. Tingkatan kognisi defenisi dan Kata indikator (Bloom, 1956)
Level of Cognition Defenition Behavioral Verbs
Knowledge Recognizes and remembers names, ideas, terms Name, lebel, describe, define, select
Comprehension Explain, summarizes, make simple interpretations Explain, predict, sort, distinguish between
Apllication Applies rules or procedures to novel situations Compute, solve, demonstrate
Analysis Identifies component parts, reasons deductively or inductively Discriminate, infer, diagram, resolve
Synthesis Puts disparate elements together to create a new idea or product Devise, generate, construct, compose
Evaluation Uses criteria to judge qualities of products or performances Contrast, discriminate, interpret, judge.

Taxonomi Bloom tersebut di atas diperbahaeui oleh subjek didiknya Anderson dengan taxonomi yang baru, yaitu remembering, understanding, applaying, analysing, evaluating, creating (Anderson, 2001). Dengan demikian tingkatan tertinggi dari dari ranah kognitif adalah kreasi atau daya cipta.
Keterampilan identik dengan perpaduan pengetahuan dan psikomotorik. Psikomotorik memiliki lima tingkatan, yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Tingkat yang terendah adalah meniru gerakan, urutan gerakan, urutan prosedur yang dilakukan, serta ketepatan peniruan gerakan dalam dimensi tiga dan dimensi ke-n lainnya, seperti dimensi warna, simensi suara , dan lain sebagainya. Manipulasi adalah tingkatan kedua, yaitu keterampilan dalam mengembangkan gerakan-gerakan yang lebih leluasa yang diharapkan menghasilkan model-model baru. Presisi adalah ketepatan gerakan serta output yang dihasilkan dari gerakan. Artikulasi adalah penekanan dan keutamaan gerakan maupun keterampilan psikomotorik. Naturalisasi adalah gerakan yang sudah terlatih dan berjalan dengan sendirinya. Dalam tahapan naturalisasi ini subjek didik memperlihatkan gerakan yang halus, presisi dan otomatis dengan kecepatan yang tinggi.
Dalam upaya pencapaian ranah psikomotorik sebagai kompetensi keterampilan lulusan, Nolker (1983) mengusulkan tahapan pembelajaran sebagai berikut: Tahap persiapan, tahap peragaan, tahap peniruan, tahap praktek, dan tahap evaluasi. Psikomotorik dapat pula dikembangkan dengan berbagai kegiatan diantaranya kegiatan laboratorium, dalam hal ini menurut Nobar (1992) harus mengikuti prosedur-prosedur praktikum dengan rumusan berikut:
Langkah 1: Penyediaan manual isntruksi yang jelas dan tegas bagi subjek didik.
Langkah 2: Dasar teori dari eksperimen yang dilakukan harus jelas dipaparkan dalam manual
instruksi.
Langkah 3: Perlengkapan eksperimen harus sudah teratur disediakan, serta semua alat ukur
yang dibutuhkan telah disediakan, dan fungsinya harus dideskripsikan.
Langkah 4: Eksperimen digambarkan dalam diagram percobaan serta pemberian lebel peralatan
harus jelas dalam diagram tersebut.
Langkah 5: Hasil pengukuran eksperimen harus segera dicatat dengan akurasi yang tinggi. Jika
eksperimen dilakukan oleh kelompok, maka semua subjek didik harus
mengopservasi hasil percobaan dan mencatatnya masing-masing, dengan tujuan
peningkatan kepresisian.
Langkah 6: Jika mungkin, segera menggambarkan grafik hasil percobaan agar dapat
dikonfirmasi kembali dengan percobaan jika ada keragu-raguan.
Langkah 7: Jika ada kesulitan-kesulitan dalam eksperimen harus diuraikan secara jelas, dan jika
ada langkah barus yang berlainan dengan prosedur yang telah ditetapkan haruslah
diberi penjelasan dan alasannya.
Langkah 8: Hasil dan estimasi-estimasi yang dilakukan harus diyakini akurat secara menyeluruh
dan eksperimen harus dievaluasi kembali.
Langkah 9: Jika hasil eksperimen menyimpang terlalu besar dari teori pendukungnya, maka
harus dilakukan penjajakan kembali langkah demi langkah.
Langkah 10: Kesimpulan hasil eksperimen harus dituliskan dan dirumuskan pada lapaoran.
Langkah 11: Hasil eksperimen harus dipresentasikan untuk didiskusikan sebelum pelaksanaan
percobaan berikutnya.
Hal yang penting yang harus hati-hati dalam merumuskan manual instruksi adalah kelima tingkatan psikomotorik terlatihkan dalam eksperimen atau praktikum tersebut. Dengan demikian indikator-indikator standar harus tegas dan jelas dirumuskan, dan indikator-indikator tersebutlah yang menjadi target capaian. Indikator-indikator psikomotorik setiap praktikum ataupun kerja praktek membutuhkan kajian yang mendalam sesuai dengan karakteristik eksperimen yang dipraktimumkan. Peningkatan psikomotorik dapat juga dilakukan dengan memperbanyak pelatihan psikomotorik, praktek lapangan industri.

C. PERENCANAAN STANDAR CAPAIAN BELAJAR
Standar capaian belajar hanya dapat diperoleh jika terlebih dahulu direncanakan dengan baik serta dilaksanakan proses pencapaian dengan cermat. Dokumen perencanaan pembelajaran haruslah memuat berbagai komponen atau bagian-bagian yang distandarkan. O’Shea (2005) mengatakan ada lima langkah perencanaan pembelajaran yang sukses dalam topic yang ditentukan yaitu:
Langkah I : Identifikasi standar yang akan dituju (merumuskan tujuan pembelajaran).
Langkah II : Menganalisis dan menyeleksi standard an rencana kerja.
Langkah III : Merumuskan indikator-indikator capaian setiap standar dalam ketiga ranah
Kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Langkah IV : Pilih dan tentukan urutan pembelajaran dan metode serta seluruh
kelengkapan yang dibutuhkan. Tentukan rencana proses pencapaian
indikator-indikator dengan cermat.
Langkah V : Laksanakan evaluasi terhadap performansi dan produk pembelajaran.
Dari hasil evaluasi akan diperoleh gambaran performansi dan kompetensi pembelajar, yang merupakan pertimbangan untuk langkah selanjutnya untuk meneruskan topik baru atau mengadakan pembelajaran remedial. Berbagai umpan balik dari hasil belajar dapat member informasi untuk perbaikan berbagai hal dalam pembelajaran, seperti persiapan, proses, peralatan dan media pembelajaran, bahkan instrument evaluasi.

D. KENDALI INTERNAL DENGAN METODE KENDALI KOKOH
Struktur organisasi program studi atau jurusan memberi informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai komponen kendali. Jurusan dan program studi seharusnya memiliki Ketua, sekretaris, dosen, pegawai, laboran, dan mahasiswa. Secara struktur, dosen bertanggungjawab kepada ketua jurusan dan atau sekretaris jurusan atau program studi sebagai pimpinan. Dengan demikian, ketua dan sekretaris jurusan atau program studi sebagai pengendali internal jurusan.



Standar ε output
+
-





Gambar 3. Sistem kendali internal Jurusan atau prodi

Deskripsi tugas komponen kendali:
Controller:
Ketua dan sekretaris jurusan atau prodi bertugas sebagai pengendali, membangun dan menjaga budaya ilmiah, budaya sukses, membangun komitment, memotivasi, membangun iklim kondusif, membangun kerja sama internal dengan eksternal, mengadministrasikan dokumen-dokumen standar, merumuskan standar kerjanya sendiri, merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP), menilai kinerja dosen, administrator, laboran. Memodelkan actuator sehingga dapat melakukan kendali pada actuator.
Actuator:
Dosen sebagai actuator bertugas sebagai perumus perencanaan pembelajaran, pelaksana pembelajaran, evaluator proses dan hasil belajar, serta motivator belajar subjek didik, fasilitator pembelajaran. Seorang dosen harus merumuskan standar-standar pembelajaran yang selanjutnya diurai menjadi indikator-indikator proses dan capaian pembelajaran. Marshall (2009) mengatakan bahwa dosen harus membangun standar kerja dan dokumen evaluasi diri menyangkut: perencanaan dan persiapan pembelajaran, manajemen kelas, perumusan proses pembelajaran, monitoring, penilaian dan proses lanjutan, komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, pemerhati pendidikan dan lembaga professional lainnya. Dosen harus menuruti dan berjalan sesuai dengan rencana yang dirumuskannya dengan kesadaran diri dan komitmen sendiri. Hal ini dapat terlaksana ketika budaya ilmiah, etos kerja tinggi telah terbangun dalam diri dosen. Memodelkan plant sehingga dapat melakukan aksi pada plant.
Plant:
Mahasiswa sebagai plant harus mengembangkan dirinya dengan kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai standar-standar kompetensi yang harus dicapai.
Evaluation:
Instru,men-instrumen penilaian harus sudah sirumuskan dan distandarisasi.
Output :
Output adalah kompetensi-kompetensi capaian.
Error:
Error adalah selisih kompetensi standar dengan kompetensi capaian.

Pemodelan actuator dan plant jika sangat dinamis akibat dari banyaknya pengaruh eksternal jurusan ataupun program studi harus diatasi. Pangaribuan (2010) memberi solusi pemodelan yang sangat dinamis dengan menerapkan fuzzy logic, serta pengendaliannya juga dengan fuzzy control. Dalam pemodelan dan pengendalian seperti itu, berdasarkan stimulus-respon (input-output), sehingga controller menjadi kotak hitam (black Box). Pengaruh eksternal secara otomatis menyatu dengan respon plant, dan kendali mengikuti respon tersebut dan mengarahkannya secara halus pada target dan standar.
Dalam pengendalian metode kendali kokoh, actuator memaksa plant untuk tetap berjalan sesuai dengan track, walaupun banyak factor eksternal yang mempengaruhinya. Kekuatan kendali kokoh berada dalam perencanaan standar pembelajaran, spesifikasi indikator capaian, standar operasional prosedur, pemodelan plant atau sistem. Metode kendali kokoh (robust control) sesuai dengan karakteristik kendali internal.

E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kajian dapat disimpulkan bahwa kendali internal sesuai dengan karakteristik kendali kokoh (robust control), yang menekankan dan memiliki kekuatan pada perencanaan, pemodelan, standar operasional prosedur, dan pemaksaan terhadap subjek didik untuk selalu berada dalam tracking kendali.

Daftar Pustaka
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching and
assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Complete edition,
New York : Longman.
Bloom, B. S. (Ed). 1956. Taxonomy of Edocational Objectives: The Classification of Educational
Goals. Handbook 1. Cognitive Domain. New York: Longmans Green.
Boyatzis Richard E. 2008. Competencies in the 21 st century. Journal of Management
Development. Vol. 27 Number 1.
Marshall Kim. 2009. Rethinking Teacher Supervision and Evaluation. How to work smart, built
collaboration, and close the achievement gap. San Francisco: John Wiley & Sons, inc.
Nobar P.M., G. McGrath, S, S, tan. Computer Aided Experimentation in Engineering. Int. J.
Engng Ed. Vol 8 No. 3. Pp. 192-204, 1992. Printed in Great Britain.
Nolker dan dan E. Schoenfeldt. 1983. Pendidikan Kejuruan: Pembelajaran, Kurikulum, dan
Perencanaan. Jakarta: Gramedia
O’Shea Mark R. 2005. From Standards to Success, a guide for school leaders. Virginia:
Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD)
Pangaribuan Wanapri. Sistem Pengendalian Pembangunan Pendidikan Berbasis Logika
Kabur (Fuzzy Logic). Jurnal Generasi Kampus, Volume 3, Nomor 1, April 2010.
Universitas Negeri Medan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan
Williams Helen W. 2008. Characteristics that Distinguish Outstanding Urban Principles.
Emotional Intelligence, social intelligency, and environmental Adaptation. Journal of
Management Development. Vol. 27 Number 1.

ANALISIS INDIKATOR KOMPETENSI GURU PROFESIONAL*

ANALISIS INDIKATOR KOMPETENSI GURU PROFESIONAL*
Oleh Drs. Wanapri Pangaribuan, MT**

ABSTRAK
Jabatan guru adalah jabatan profesi yang memiliki syarat kompetensi standar dan kode etik yang berlaku bagi semua guru dari setiap jenjang Pendidikan pra sekolah hingga menengah atas. Kompetensi guru meliputi kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Guru professional harus lulus dalam penilaian sertifikasi guru yang meliputi kompetensi guru tersebut, yang dibuktikan portofolio kinerja guru selama bertugas. Guru sebaiknya dapat menilai diri sendiri apakah sudah termasuk guru professional atau belum, sehingga jika belum seharusnya guru tersebut dapat meningkatkan kinerja dan kompetensinya dengan berbagai cara mandiri maupun bantuan pemerintah. Guru professional wajib mengetahui dan memahami indikator kompetensi yang harus dicapai. Sejalan dengan hal itu, makalah ini menganalisis indikator kompetensi guru tersebut sehingga dapat dipergunakan oleh guru menilai tingkat profesionalismenya.

Kata Kunci: Indikator, kompetensi, guru, professional

A. PENDAHULUAN
Peranan guru dalam peningkatan pembangunan pendidikan dan peningkatan kualitas lulusan adalah sangat tinggi. Baik tidaknya hasil pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh guru. Amelsvoort (1996) mengatakan bahwa kesuksesan pendidikan di sekolah sangat ditentukan aktivitas dan pekerjaan guru. Sejalan dengan hal itu, guru haruslah berkualitas dan profesinal menjalankan tugas-tugas mulianya.
Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan lebih mengutamakan pembangunan kesadaran budaya professional dibandingkan dengan kesadaran birokratis. Kesadaran budaya professional akan membangun filosofi dan keyakinan kerja bagi seorang guru yang selanjutnya merupakan kendali internal bagi guru tersebut, sedangkan kesadaran birokratis cenderung memfungsikan kendali eksternal terhadap internal guru. Becker (1999) mengatakan bahwa peningkatan profesionalisme guru akan lebih efektif dilakukan dengan membangun kesadaran budaya professional dari pada kesadaran birokratis. Kesadaran budaya profesionalisme akan membangkitkan budaya belajar bagi guru sehingga selalu dapat memperbaharui ilmu pengetahuannya.
Little (1993) menetapkan empat kategori interaksi professional yang membangun budaya belajar secara praktis yaitu: Guru dan tenaga administrasi menetapkan fokus pembicaraan pada balajar dan pembelajaran; guru melakukan observasi dan evaluasi terhadap pembelajaran teman sejawatnya; guru berkolaborasi merencanakan dan merancang pembelajaran; guru secara aktif saling mengajar satu dengan yang lainnya dalam pelatihan yang dirancang sendiri dan tetap pada aturan sistem kepemimpinan yang dimufakati. Interaksi guru seperti hal tersebut lahir dari kesadaran professional dalam sekelompok guru dalam satuan pendidikan atau dalam satu organisasi profesi guru yang lebih luas. Dengan demikian seorang guru professional harus selalu membangun dan meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengetahuan dan keterampilan yang lebih baru melalui interaksi dan diskusi dengan sesama guru dan berbagai sumber informasi. Dalam pergaulan antara sesama guru dan di dalam masyarakat sosialnya, guru bersikap, berbicara, dan bertindak sesuai dengan kode etik guru yang telah dirumuskan oleh organisasi profesi guru. Sikap dan perilaku guru yang sesuai dengan kode etiknya harus menjadi kebiasaan dan budaya hidup seorang guru.
Berbagai pandangan dari para ahli tentang profesionalisme guru. Guru merupakan pendidik dan haruslah professional sesuai dengan amanah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 2. Guru harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana (S-1) atau(D-IV) dan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28. Guru disebut sebagai profesi karena guru memiliki pendidikan khusus, memiliki organisasi profesi, memiliki kode etik, dan hidup dari gaji yang diterima sebagai guru.
Menurut Talbert (1996) profesionalisme berhubungan dengan budaya pengetahuan teknis (knowledge base),etika pelayanan (service ethic), komitmen profesi, dan otonomi profesi. Day (2002) mengemukakan identitas guru professional adalah motivasi yang dijaga agar tetap tinggi, menghasilkan produk sesuai target, berkomitmen tinggi terhadap kualitas, kepuasan terhadap pekerjaannya, dan keefektivan tindakan dan perbuatan.
Guru sebagai profesi pendidik yang mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (psikomotorik) subjek didik menghadapi banyak tantangan atas perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dituntut selalu dapat selalu mengikuti perubahan tersebut sehingga tidak mengalami keusangan pengetahuan. Guru juga disebut sebagai agen pembaharuan, yang dapat dimaknai bahwa guru melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik melalui hasil penelitian-penelitian, karya-karya inovatif, serta kreativitasnya. Tidak saja hanya sampai disitu, tetapi guru juga harus merubah sikap dan perilaku negatif subjek didik dan masyarakat ke arah sifat-sifat inovatif sehingga turut serta membantu dan mendukung perubahan-perubahan yang lebih baik.
Guru sebagai pembangun karakter yang di dasarkan kepada budaya yang baik dari masyarakatnya harus memiliki karakter yang dapat diteladani dan memiliki pengetahuan yang detail tentang konsep karakter dan pengembangannya sesuai dengan umur dan tingkat pendidikan subjek didik. Pengembangan karakter membutuhkan dasar pengetahuan yang tepat, sehingga guru dituntut dapat meneliti hal tersebut. Dengan demikian, guru harus dapat melakukan penelitian dan menerapkan hasil-hasil penelitian para peneliti yang berkaitan dengan keilmuannya sebagai pendidik.

B. GURU PROFESIONAL
Guru professional melaksanakan pengajaran yang baik, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang dimilikinya sehingga tidak usang, memiliki karakter dan keribadian yang baik, berperilaku dan bersikap yang baik dalam masyarakat, agen perubahan dan pembaharuan sehingga berbaur dengan masyarakatnya, berperan aktif dalam organisasi profesi dan organisasi masyarakat. Ilmu mengajar dan mendidik yang dimiliki guru diperoleh melalui pendidikan yang penuh minimal sarjana atau D-4.
Guru sebagai pengajar professional harus mempersiapkan dan merancang program pembelajarannya dengan baik. Day (2003) mengatakan bahwa banyak guru yang mengalami tekanan dan stress sehingga berdampak pada siswa, oleh karena itu guru harus dapat menjaga keberlangsungan motivasi yang tinggi, tetap berproduksi sesuai hasil yang diharapkan, memiliki komitmen yang tinggi, kepuasan kerja dan keefektifan pengajaran.
Dengan demikian guru harus memiliki kompetensi-kompetensi pendidik, yang menyangkut kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional. Keempat kompetensi tersebut dianalisis dan diturunkan berdasarkan hakikat guru yaitu: gagasan, utama, rasa, dan upaya. Gagasan identik dengan kompetensi professional; utama identik dengan kompetensi sosial; rasa identik dengan kompetensi kepribadian; dan upaya identik dengan kmpetensi pedagogik.
Gagasan atau kompetensi professional adalah menyangkut tingkat pendidikan, penguasaan dan pengembangan keilmuan, sehingga terkait dengan berbagai peran dan kegiatan keilmuan. Utama atau kompetensi sosial adalah menyangkut peran serta guru dalam kegiatan-kegiatan serta keteladanan dalam masyarakatnya, sehingga dapat diperlihatkan dari berbagai keterlibatan dalam organisasi sosial. Rasa atau kompetensi kepribadian identik dengan perilaku guru di sekolah dan di masyarakat. Perilaku ini berkaitan dengan sikap, disiplin, motivasi, komitmen, loyalitas terhadap atasan. Usaha atau kompetensi pedagogic adalah menyangkut penguasaan dan penerapan berbagai metode dan model pengajaran yang efektif dan berhasil.
Guru professional harus selalu membaharukan pengetahuan dan kompetensinya sehingga mampu sebagai agen perubahan dan pembaharuan. Becker (1999) mengatakan bahwa guru harus selalu meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan belajar secara individu, diskusi, seminar, dan pelatihan. Lebih lanjut dikatakannya bahwa guru harus membangun budaya professional dalam dirinya dan diimplementasikan dalam sekolah dan mengurangi interfensi (control) birokrasi. Peningkatan budaya profesionalisme guru sangat dipengaruhi oleh adanya jaringan belajar pada komunitas guru (Riel, 1998).

C. ANALISIS INDIKATOR KOMPETENSI GURU
Seorang guru professional diketahui dari portofolio segala aktivitasnya yang berkaitan dengan profesinya, sehingga memperlihatkan kompetensi guru tersebut. Portofolio guru berfungsi sebagai wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karyanya. Portofolio seharusnya menyangkut : (1) Kompetensi professional; aktivitas peningkatan kompetensi professional yang meliputi kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, workshop, pengalaman mengajar, keikutsertaan dalam forum ilmiah, prestasi yang meliputi prestasi akademik, karya pengembangan profesi, penghargaan yang diterima yang relevan dengan pendidikan; (2) Kompetensi pedagogik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (3) kompetensi sosial, yang meliputi pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial; (4) kompetensi kepribadian yang dinilai oleh atasan dan teman sejawat bahkan oleh subjek didik.
Karya pengembangan profesi dapat meliputi produk buku, karya tulis ilmiah, makalah yang dipaparkan dalam forum ilmiah, hasil penelitian yang berupa laporan hasil penelitian ataupun yang telah dimuat dalam jurnal ilmiah, karya cipta hasil kreativitas dan inovasi, tulisan ilmiah yang dimuat dalam media massa. Kompetensi pedagogik yang dibuktikan dengan perencanaan pembelajaran yang memenuhi standar proses, standar isi, dan standar evaluasi.
Indikator profesionalisme guru sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya dapat dipetakan sebagai mana diperlihatkan pada tabel 1. Indikator profesionalisme guru yang disajikan pada tabel 1 di atas, tentunya dapat lebih dirinci sesuai dengan jenis-jenis kegiatan dan aktivitas yang masuk dalam setiap indikator.

Tabel 1. Pemetaan Indikator Profesionalisme guru dalam konteks kompetensi

No.
Indikator Profesionalisme Kompetensi Guru
Pedagogik Kepribadian Sosial Profesi
1. Kualifikasi akademik V V
2. Pendidikan dan pelatihan V V
3. Pengalaman mengajar V V V V
4. Perencanaan dan pelaksanaan mengajar V V
5. Penilaian atasan dan pengawas V V
6. Prestasi akademik V V V
7. Pembimbingan dalam prestasi siswa V V V
8. Karya pengembangan profesi V V
9. Keterlibatan dalam penyusunan evaluasi V V
10. Keikutsertaan dalam forum ilmiah V V V
11. Pengalaman dalam kepengurusan organisasi V V
12. Peran dalam aktivitas masyarakat V V
13. Penghargaan yang relevan dengan pendidikan V V V V

Pemberian nilai terhadap indikator profesionalisme sesuai dengan kompetensi guru, dapat disajikan sebagai gambaran dan usulan persentase setiap indikator. Gambaran ini tentunya hanyalah suatu ide berdasarkan pemetaan pengalaman dan kesempatan para guru sesuai dengan kondisi dan situasi serta keadaan sosial ekonomi guru. Persentase skor nilai tersebut ditampilkan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentasi skor nilai indikator profesionalisme

No.
Indikator Profesionalisme Persentase nilai
1. Kualifikasi akademik 0,7%
2. Pendidikan dan pelatihan 10%
3. Pengalaman mengajar 10%
4. Perencanaan dan pelaksanaan mengajar 10%
5. Penilaian atasan dan pengawas 10%
6. Prestasi akademik 0,5%
7. Pembimbingan dalam prestasi siswa 0,5%
8. Karya pengembangan profesi 10%
9. Keterlibatan dalam penyusunan evaluasi 0,3%
10. Keikutsertaan dalam forum ilmiah 10%
11. Pengalaman dalam kepengurusan organisasi 0,7%
12. Peran dalam aktivitas masyarakat 0,3%
13. Penghargaan yang relevan dengan pendidikan 10%
Total persentase 100%

D. KEBERLANJUTAN PROFESIONALISME

Profesionalisme guru haruslah berkelanjutan sepanjang guru masih aktif sebagai pendidik, dan harus diupayakan meningkat sesuai dengan hakikat seorang yang professional dalam bidang tugasnya. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan pendidikan akademik, pelatihan, workshop, aktivitas pertemuan ilmiah, dan lain sebagainya.
Peningkatan profesionalisme guru dapat terjadi sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh guru (Meier, 1996). Edmonds, R (1979) mengatakan bahwa kemauan untuk berubah dan sikap menerima perubahan mempengaruhi profesionalisme guru. Motivasi dan kondisi lingkungan serta kebijakan pemerintah adalah juga mempengaruhi profesionalisme guru. Kebijakan yang dimaksud adalah pengendalian terhadap kualitas dan profesionalisme guru harus berlangsung secara konsisten dan berkelanjutan pula.

E. PENUTUP
Profesionalisme guru sangatlah urgen dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, secara khusus generasi masa depan. Sejalan dengan hal itu, konsep dan implementasi serta strategi peningkatan profesionalisme guru haruslah menjadi hal yang ditekankan dalam kebijakan pemerintah yang dikenakan bagi guru negeri maupun guru swasta.

Daftar Pustaka

Amelsvoort H. W. C. Gonnie Van, JAAP Scheerens. 1996. International Comperative Indicators on
Teachers. Indicators of Educational Performance. The Netherlands: University of Twente
Becker Henry Jay , Margaret M. Riel. 1999. Teacher Professionalism and the Emergence of
Constructivist-Compatible Pedagogies. Disertation. Irvine: University of California
Day Christopher. 2002. School reform and transitions in teacher professionalism and identity.
International Journal of Educational Research 37 (2002) 677-692.
Edmonds, R. (1979). Effective schools for the urban poor. Educational Leadership, 37(1), 15-27.
Little, J. (1993). Teachers' professional development in a climate of educational reform.
Educational Evaluation and Policy Analysis, 15(2), 129-151.
Meier D. (1996). The Power of Their Ideas: Lessons for America from a small school in Harlem.
Boston: Beacon Press.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Riel M. (1998). Learning communities through computer networking. In J. Greeno & S. Goldman, (Eds), Thinking Practices: Math and science learning. Hillsdale NJ: Erlbaum.
Talbert J.E, & McLaughlin M. W. 1996. Teacher professionalism in local school contexts. In I. Goodson, & A Hargreaves (Eds), Teachers’ professional lives. London: Falmer Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENANAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER KEPEDULIAN (CARING)

PENANAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER KEPEDULIAN (CARING)
Oleh:
Drs. Wanapri Pangaribuan, MT
=========================================
ABSTRAK

A. ATRIBUT KARAKTER KEPEDULIAN
Ali (1995) mendefenisikan peduli adalah mengindahkan, memperhatikan, tidak menghiraukan, mencampuri. Kepedulian berarti perihal sangat peduli, sikap mengindahkan, sikap memperhatikan, sikap tidak menghiraukan. Kepedulian terhadap diri sendiri, kepedulian terhadap keluarga, kepedulian terhadap teman, kepedulian tehadap sosial, kepedulian terhadap lingkungan, kepedulian terhadap Negara dan bangsa, bahkan kepedulian terhadap dunia.
Kepedulian seseorang akan terlihat dari sosok yang penuh kasih, suka bersyukur, memaafkan orang lain, membantu orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain, merasa risih terhadap lingkungan yang kotor sehingga ikut membersihkannya, merasa risih terhadap kata-kata kotor sehingga berbicara sopan dan lembut, merasa risih terhadap hal yang tidak teratur sehingga ia berlaku teratur, merasa risih terhadap kebodohan sehingga ia belajar dengan baik.
Sani (2011) menggambarkan kaitan kepedulian, toleran, empati, kerja sama, membantu orang lain, keiklasan, dan kasih sayang seperti gambar 1. Seseorang yang mau membantu orang lain adalah orang yang memiliki kepedulian, toleransi, empati, dan kerja sama. Seseorang yang mau membantu orang lain, akan menghasilkan keiklasan. Seseorang yang iklas akan memiliki kasih sayang. Dengan demikian kepedulian dapat diketahui dari membantu, keiklasan, dan kasih sayang.
Orang-orang yang peduli adalah orang-orang yang mulia karena dia memiliki keiklasan untuk membantu dan memiliki kasih sayang. Marilah kita menjadi orang-orang yang perduli terhadap diri kita, terhadap keluarga, terhadap teman, terhadap lingkungan hidup, terhadap masyarakat di lingkungan kita, terhadap bangsa dan Negara.







Gambar 1. Model hubungan nilai karakter peduli

B. KARAKTER KEPEDULIAN DALAM PUISI DAN TINDAKAN
Kepedulian terhadap diri sendiri
Kepedulian terhadap diri sendiri meliputi kepedulian terhadap kesehatan, kebersihan diri, kebersihan pakaian, penampilan, masa depan. Menjaga kesehatan dengan cara mengkomsumsi makanan sehat, tidak mengkomsumsi obat-obat terlarang, tidak merokok, tidak mabok-mabokan, tidak ugal-ugalan. Kepedulian terhadap kebersihan diri menyangkut kebersihan badan, kebersihan pakaian. Kepedulian terhadap penampilan adalah bagai mana seseorang menjadi berpenampilan menarik dalam berbicara, melangkah, memandang, dll.
Kepedulian Terhadap Teman
Rosa adalah mahasiswa UNIMED yang berasal dari satu desa, jauh dari kota Medan. Dia anak pertama dari delapan bersaudara, dan sering sekali biaya hidup kiriman orang tuanya yang yang tak seberapa terlambat. Karena biaya tersebut tidak cukup, maka ia hanya makan maksimum dua kali sehari bahkan terkadang hanya sekali. Terpasak dia harus menahan rasa laparnya yang terkadang tak tertahankan sehingga ia minum air banyak-banyak. Badannya kurus dan terkesan kurang gizi. Rosa orangnya tertutup dan tidak mau memperlihatkan kekurangannya. Apa tindakan kepedulian yang dapat anda lakukan terhadap Rosa…?

KATAKAN AKU PEDULI, ITUPUN CUKUP BAGIKU

Ayunan langkah kaki ku terasa berat,
tertatih-tatih mengalunkan irama yang tak ternikmati.
Jauh sudah ku lalui jalanan dan waktu mencapai gita
Perjalanan panjang yang ku tapaki tak kunjung berakhir.
Jalanan panjang penuh debu dan kekeringan
Langkah terseot-seot menerbangkan debu, mewarnai kaki kusam ku.
Wajah dan tubuhku lusuh menebar aroma masam tak menyedapkan
Helaan nafas panjang mengiringi langkah yang semakin perlahan.
Niat yang kubangun bersama didihan darah yang kini sudah mendingin
Asa tersendat sendat, terkadang kerkulai lemah menanti sejuknya sapaan mesra dari mu.

Ku tak tahu, sejauh ini aku telah berjalan untuk ku ataukah untuk mu
Ku berjalan dalam kesepian dan kesendirian yang terkadang menoreh luka di hati
Ku tanggung sendiri, ….aku yang aku….di dalam aku yang aku….
Kehadiran mu menebar senyum yang abnur di bola mata ku yang kabur
Memerah terterpa angin berdebu harap tetesan air bening yang engkau bawa dalam buli-buli
Harapku tersendat bersama sang waktu
Entah kapan,…dalam penantian panjang kebersamaan yang ada dalam pengertian mu.

Asa ku semakin terkubur, dalam debu gurun yang terik dan engkau biarkan
Bayangan ku bersembunyi malu, harap tak kunjung tiba
Haruskah aku menoleh harap dari negeri jauh yang tak pernah ku bayangkan.
Harus kah aku juga mengharapkan pertolongan angin sepoi yang mengalir
Ataukah kan kubiarkan terkubur selamanya dengan penggali sampai hati ditangan mu

Hidup ku semakin menipis, tersisa sejengkal waktu
Ketakutan ku mebangun tingi-tinggi menara keputusasaan ku
Menara keputusasaan ku yang kuberi roda dan sayap-sayap untuk pergi jauh
Sebelum aku pergi ke negeri yang tak ku tahu, dan itu menakutkan.
Katakanlah bahwa engkau peduli, itupun cukup bagi ku.
Kepedulian terhadap keluarga
Ketika James jauh dari ayah ibunya karena kota tempat kuliahnya berada di pulau yang berbeda dengan tinggal ayah ibunya. James adalah anak satu-satunya, sehingga kedua orang tuanya sangat sayang kepadanya. Kedua orang tuanya selalu merindukan James sehingga kedua orang tuanya selalu menelepon James dan ia merasa terganggu, dan sering sekali menonaktifkan HP-nya. Kedua orang tuanya kuatir karena tidak dapat berkomunikasi dengan anaknya James.
Bagaimana tindakan James apakah memperlihatkan kepedulian ?

BIARLAH HATI KU ADA DALAM HATI MU SELALU
Air mata tak terasa terjatuh dipangkuan ku….lambaian tangan mu semakin abnur ..
Tertegun aku saksikan Tampomas membawa mu pergi….dalam riak ketakrelaan ku
Lama ku dan papa mu tancapkan kaki melepas kepergian mu dalam doa yang abadi
Harusnya aku mengurung mu dalam hati ku.. agar engkau tak pergi jauh…
Papa mu juga teteskan air mata… menitip mu ke bumi…yang engkau tuju
Anak ku…kirim kabar mu kelak…obat rindu kami berdua yang tak tertahankan
Papa dan mama ku….sesungguhnya aku akui…akupun terpaksa meninggalkan mu
Lihatlah gemuruh kepiluan hati ini…diatas riak gelombang laut kepedihan ku
Ku tak sadar isak tangis ku lampiaskan keterpaksaan ku menjauh dari mu
Aku pergi…aku pergi….jarak antara kita semakin tak terukur hasta
Engkau papa dan mama ku tempatkan dalam hati yang ku rias dengan bunga-bunga
Bayang-bayang mu ku ukirkan dalam langit-langit hati ku yang biru

Ananda, ku tahu engkau tak kuasa menolak takdir masa depan mu
Sejuta harapan ,ku bangun dalam tapak-tapak kalbu, yang aku miliki hanya untuk mu
Aku pinta sejuta malaikat mendampingi ku, bawa doa-doa keselamatan mu ke langit biru
Aku pinta juga burung-burung malam bawa gumpalan rindu ku ke bulan purnama
Agar engkau tahu….kami berdua…rindukan engkau hingga ke ubun-ubun
Papa dan mama…awan tipis menyelimuti rembulan sabit di atas pinus kampus ku
Tatapan mata ku semakin abnur tertutup linangan air mata kerinduan ku
Gumpalan rindu mu terlihat dalam bintik kelabu rembulan sabit yang tersenyum
Burung malam pun bersahutan nyanyikan kerinduan, dalam pelukan kasih sayang
Aku titip pada angin malam, tulisan rasa yang terukir dalam jiwa untuk mu
Papa dan mama….ku kan kembali membawa bongkahan emas cita-cita ku
Tak kuasa aku melepas bayang-bayang mu… dalam angan ku yang bebas mengembara
Ku… yang aku…. Miliki diri mu walau terbatas dalam sukma kalbu ku
Ku nantikan dengan sabar, walau hari-hari ku berias pilu dan harap
Pergilah anak ku… pergilah jauh…ku mengasihi mu lebih dari yang aku tahu
Pergilah anak ku… pergilah bersama gelombang cita-cita mu yang bergemuruh
Pergilah anak ku…. Pergilah bersama titian waktu harap yang menjadi milik mu
Papa dan mama…lihatlah… gurat-gurat ilmu dalam benak ku, dan pikiran ku
Ku persembahkan bagi kasih sayang mu…. Namun itu tak hanya milik mu
Berbanggalah papa dan mama…anak mu belajar dari maha guru yang arif
Berbanggalah papa dan mama …. Ku timba ilmu kebanggaan mu dalam pangkuan
Kepedulian terhadap lingkungan
Lingkungan kita adalah sahabat yang tak terpisahkan dari kita. Kita hidup bersama-sama mereka. Pahit getirnya kehidupan, serta senangnya kita atas kehidupan ini tidak terlepas dari peran lingkungan alam, lingkungan sosial.
Pedulilah terhadap lingkungan sosial…berperanlah dalam kebaikan-kebaikan. Perdulilah terhadap linkungan alam mu. Lihatlah alam yang tak ramah lagi…karena ketakramahan dari manusia terhadap mereka.

KU TITIP SEBARIS POHON
Usai sudah biji-biji yang ku benamkan dalam tanah subur
Ku siram saat yang tepat agar bertumbuh dengan subur
Ku rawat dengan baik agar indah merias masa dan ruang
Ku bungkus dalam harap…jadikan kado nyata dalam kenangan
Ku titip sebaris pohon yang tumbuh perlahan bersama guliran waktu
Ku nanti ia besar hasilkan kembang dan bijian, penerus penjagaan bumi
Ku harap engkaupun berbuat sama dengan diri ku
Tanamkan biji pohon dari hasil tanaman ku yang kutitip untuk mu
Ku titip juga biji-bijian ini untuk anak cucu mu
Ajarkan mereka berbuat sama seperti aku dan diri mu
Ku titip bumi yang hijau, pada cucu dan cicit ku
Kado dari , di akhir hidup yang tersisa sepenggal waktu

C. PERMAINAN YANG MEMBANGUN KARAKTER KEPEDULIAN
Buatlah kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 10 orang.
Tulislah selembar kertas berisi nilai karakter kepedulian. Kelompok dapat memilih salah satu topik berikut yang akan diimplementasikan dalam kehidupan mahasiswa di kampus.
1. Aku peduli kebersihan kampus
2. Aku perduli kenyamanan kampus
3. Aku peduli kebersihan dan penampilan ku
4. Aku perduli pada nasehat dosen-dosen ku
5. Aku perduli pada kerinduan keluarga ku
6. Aku perduli pada kesedihan teman-teman ku
7. Aku perduli pada Masa depan ku
8. Aku mau menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan ku

DAFTAR PUSTAKA
Ali Lukman. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Sani Ridwan Abdullah. 2011. Pendidikan Karakter di Pesantren. Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis
Pangaribuan Wanapri. 2011. Kumpulan Puisi untuk Bunda, Istri, dan Anak-anak ku”. Medan: Y.P.
Tri jaya



PENANAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER KEPEDULIAN (CARING)

O
L
E
H
Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T.
(STAF AHLI PEMBANTU REKTOR III)

Disajikan pada Kegiatan Pengembangan Karakter Karakter Mahasiswa
Penerima Beasiswa Bidik Misi Angkatan 2011 Tanggal 5 – 7 Desember 2011 di Auditorium Unimed









UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011
KOMITMEN KEPEDULIAN

TULISKAN JANJI TERHADAP DIRI ANDA, BAHWA ANDA AKAN MENJADI ORANG YANG PEDULI. ANDA BOLEH MEMILIH SALAH SATU TOPIK PADA HALAMAN TUJUH.

KOMITMEN:

…………………………………………………………………..


AKAN KUBUKTIKAN DENGAN BERBUAT:

1.

2.

3.

4.

5.

6.


Demikian komitmen ini aku buat, kiranya Tuhan menolong saya menjadi

mahasiswa yang memiliki karakter perduli (caring).


Medan, 07 Desember 2011
Pembuat komitmen,


(………………………….)
NIM.

Minggu, 05 Februari 2012

HAKIKAT KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER

HAKIKAT KARAKTER
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh: Drs. Wanapri Pangaribuan, MT*

ABSTRAK
Betapa pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter pada masa saat ini, karena pendidikan dan pembangunan tanpa karakter sesungguhnya tidaklah banyak berarti . Karakter dianggap sangat urgen bahkan segala sesuatunya harus berbasiskan karakter yang baik sesuai dengan hakikat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha sempurna dan Maha Mulia. Karakter dalam perpektif pendidikan adalah bahwa inti proses pendidikan merupakan proses pembangunan karakter, sehingga harus terintegrasi dalam seluruh proses pendidikan itu.

Kata Kunci: Pembangunan Karakter, Perpektif Pendidikan

A. Defenisi Karakter

Menurut Lukman, dkk (1995), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, ahlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Tabiat adalah kebiasaan-kebiasaan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari seseorang ataupun kelompok.
Hornby (1974) mengatakan bahwa Character is moral qualities that make one person different from others. Dengan demikian karakter adalah kualitas moral seseorang atau kelompok yang membedakannya dengan orang atau kelompok lain. Moral atau budi pekerti adalah tindakan atau perilaku yang dikaitkan dengan norma dan aturan yang berlaku pada masyarakat. Lukman (1995) mengatakan bahwa moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban. Dalam masyarakat berlaku kewajiban untuk mengikuti adat istiadat, etika yang berlaku dimasyarakat. Dengan demikian karakter adalah pemikiran secara kritis untuk memilih dan melakukan hal yang baik dalam masyarakat sesuai dengan norma, hukum, dan nilai-nilai yang sesuai pada masyarakat. Pemikiran kritis menurut Sprod (2001) adalah berpikir dengan, (1) menggunakan pertimbangan untuk memutuskan, (2) bersandar pada kriteria, (3) mengadakan koreksi diri, dan (4) peka terhadap konteks.

B. Hakikat Karakter
Menurut Hill (2002), “Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation”. Kupperman (1991) menyatakan bahwa “X's character is X's normal pattern of thought and action, especially in relation to matters affecting the happiness of others and of X, most especially in relation to moral choice”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka, karakter adalah pola pemikiran, sikap, dan tindakan pribadi yang mempengaruhi kesenangan hati untuk melakukan yang baik sebagai pilihan moral. Karakter yang baik adalah motivasi intrinsik sesuai dengan standard kehidupan yang tinggi, yang baik dalam segala situasi. Karakter yang baik akan tetap memunculkan pemikiran, sikap dan tindakan yang baik dalam situasi yang baik maupun situasi yang buruk sekali pun. Situasi atau keadaan tidak begitu berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan bagi orang yang memiliki karakter yang baik. Dalam kata lain, lingkungan eksternal diri seseorang bukanlah hal yuang harus dituruti dan dipanuti untuk bertindak. Pemikiran positip, sikap yang bersahabat dan bersahaja adalah milik seseorang yang berkarakter baik di mana pun berada.
Karakter yang dipandang sebagai pola berpikir, bersikap, dan bertindak bagi pemiliknya dapat dilihat dan dikenali berdasarkan atribut-atributnya. Atribut tersebut merupakan indikator yang dapat lebih dirinci sehingga dapat diukur.
Susan Brown dalam McElmeel (2002) menyatakan bahwa karakter menyangkut atribut: keriangan (cheerfulness), kewarganegaraan (Cintizenship), kebersihan (cleanliness), Kasih sayang (compassion), kerjasama (cooperation), keberanian (courage), kesopanan, (courtesy), kreativitas (Creativity), ketergantungan (dependability), ketekunan (diligence), keadilan (fairness), kemurahan hati (generosity), menolong (helpfulness), sukacita (joyfulness), kebaikan (kindness), kesetiaan (loyalty), kesabaran (patience), ketekunan (perseverance), ketepatan waktu (punctuality), rasa hormat (respect), penghargaan terhadap lingkungan hidup (respect for the environment), tanggung jawab ( responsibility), kebanggaan sekolah (school pride), kendali diri (self control), sportivitas (sportsmanship), toleransi (tolerance), kejujuran ( honesty).
Mc Elmeel (2002) mengatakan bahwa karakter menyangkut atribut, “caring, confidence, courage, curiosity, flexibility, friendship, goal setting, humility, humor, initiative, integrity, patience, perseverance, positive attitude, problem solving, self discipline, team work”. Seorang yang berkarakter haruslah bersahabat, memiliki rasa humor, memiliki sikap positip, memiliki kemampuan memecahkan masalah, percaya diri, dan berorientasi pada pengaturan tujuan. Lebih lanjut M C Elmeel (2002) memberikan defenisi atribut-atribut yang karakter yang diutarakannya sebagai berikut:
“Caring: The act of being concerned about or interested in another person or
situation. To appreciate, like, or be fond of. Feeling or acting with
compassion,concern, empathy. Confidence: A faith or belief in oneself and
one’s own abilities to succeed; to be certain that one will act in a right,
proper, or effective manner. Positive self-esteem, self-assurance.
Courage: A firmness of mind and will in the face of danger or extreme
difficulty; the ability to stand up to challenges and to support unpopular
causes. Resolve, tenacity, bravery, strength. Curiosity: A desire to learn,
investigate, or know; an interest leading to exploration or inquiry. Inquisitiveness. Flexibility: The capacity to adapt or adjust to new, different, or changing situations and their requirements. Adaptability. Friendship: A state of being attached to another by affection, loyalty, respect, or esteem; holding in high regard, being fond of. Amicability, companionship.Goalsetting: The ability to determine what is wanted or needed and work toward it; identifying desired outcomes or objectives and designing a strategy or plan of action to achieve them. Humility: Respect for others and their position or condition; not exerting one’s authority in an inappropriate or insensitive manner.
Modesty, unpretentiousness. Humor: The quality that allows one to appreciate the comic or amusing aspects of a situation or event. Cheerfulness, wit. Initiative: The ability to take action independently, without outside influence or control; a willing-ness to make the first move or take the first step; doing something without being prompted by anyone else; a sense of enterprise. Ambition, gumption, drive.
Integrity: Adherence to a set of principles or a code of values, especially moral; being just, impartial, fair, and honest; straightforwardness of conduct; a refusal to act immorally—that is, to lie, cheat, steal, or deceive in any way. Honesty, loyalty, morality. Patience: The capacity to endure and to wait for one’s goals to be achieved; to conduct oneself without undue haste or impulse. Calmness,
tolerance. Perseverance: The ability to keep working toward a goal, enterprise, or
undertaking in spite of difficulty, opposition, or discouragement; the capacity to
carry on, especially under adverse circumstances. Persistence, endurance.
Positive Attitude: A state of mind or way of thinking that views the most desirable aspects of a situation and anticipates the best possible outcomes. Optimism, hopefulness. Problem Solving: The process of identifying critical elements of a situation, identifying sources of difficulty, using creative ideas to formulate new answers, and plan steps to achieve the best possible outcome. Ingenuity, creativity.
Self-Discipline: The ability to control, manage, or correct oneself for the sake of improvement; the ability to forfeit lesser objectives or short-term
gratification for more worthwhile causes or long-term goals. Self-control, self-
restraint. Teamwork: The ability to work with others to reach a common goal;
acting together to achieve a shared vision. Cooperation, collaboration”.
Dimerman (2009) mengatakan bahwa karakter terdiri dari sepuluh atribut yaitu: hormat (respect), kemauan untuk mendengarkan ( responsibility) , kejujuran
(honesty), merasakan perasaan orang lain (empathy), keadilan (fairness),
berinisiatif ( initiative), keberanian (courage), ketekunan (perseverance),
optimism (optimism), dan integritas ( integrity), sifat mementingkan kepentingan
orang lain (altruism), kerendahan hati (humility), kemurahan hati (generosity), iba
(compassion), toleransi ( tolerance), bijaksana (prudence), and fleksibilitas (flexibility).


C. Terbentuknya Karakter
Bernard Show mengatakan dalam The Harvest of Education,”Show a though reap an action, show an action reap a habit, show a habit reap a character, show a character reap a dignity”. Dengan demikian, karakter seseorang akan terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Kebiasaan yang dilakukan mengakar pada pemikiran. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Kuppermen (1991) bahwa karakter meliputi kebiasaan-kebiasaan dan tendensi pemikiran dan tindakan original seseorang. Lebih lanjut Zuchdi (2011) mengatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menjadi cirri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan di masyarakat. Lebih lanjut Kupperman (1991) mengatakan bahwa karakter dapat terlihat dalam komunikasi sehari-hari seseorang dengan orang lain, dan orang lain berkomunikasi dengan dirinya. Dengan kata lain, karakter terlihat dalam pergaulannya dengan orang lain, dengan siapa dia bergaul.
Sering sekali pernyataan dalam seni dan budaya terkait dengan karakter tokoh atau aktor sesuai dengan perannya dalam skenario. Misalnya, “aktor tersebut sangatlah berkarakter dalam perannya sebagai pahlawan”. Hal ini berarti, bahwa cirri-ciri, sifat, dan tindakan yang dilakonkan aktor dalam skenario menyatu dalam dirinya sehingga tidak ada kejanggalan-kejanggalan berlakon. Dalam hal ini karakter melekat pada diri seseorang, dan kenjadi bagian dari diri itu sendiri.
Karakter sering juga dikaitkan dengan kepribadian (personality), dalam mana keduanya tercipta dari perjalanan panjang dari kebiasaan pikiran dan tindakan. Karakter itu sendiri mengakar pada kepribadian. Dengan kata lain, bahwa kepribadian adalah wadah dan media bagi karakter untuk bertumbuh dan berkembang. Agar karakter bertumbuh dan berkembang dengan baik, maka kepribadian itu sendiri harus lah baik memiliki unsur-unsur pembangun karakter. Ibarat kompos atau media tempat akar sebuah tanaman yang bertumbuh, haruslah kompos tersebut memiliki unsur hara untuk tanaman sehingga bertambah besar, berbunga dan berbuah. Tumbuhan itu sendiri diidentikkan dengan karakter, kompos itu sendiri diidentikkan dengan kepribadian.
Karakter juga disebabkan oleh persepsi dan sikap yang dimiliki seseorang. Sikap dan kebiasaan seseorang dalam merespon stimulus yang diterima dari orang lain ataupun benda lain. Munculnya sikap seseorang adalah berdasarkan pengetahuan dan penilaiannya terhadap sesuatu, sehingga diperlihatkan secara positip atau negatip. Dengan demikian, sikap dihasilkan dari olahan pikiran secara deduktif ataupun induktif ataupun juga secara korelasional atas berbagai informasi dan data. Munculnya sikap adalah berdasarkan analisis dan sintesa serta evaluasi terhadap informasi dan data yang dihasilkan dari komunikasi dengan orang lain ataupun terhadap objek lain. Pemikiran secara analitis, sintesis, dan evaluatif terhadap objek lain disebut juga persepsi.
Fish (2010) mengatakan bahwa persepsi terhadap sesuatu secara unik didasarkan pada tiga prinsip, yaitu: prinsip faktor umum (the common factor principle), prinsip phenomena (the phenomenal principle), dan prinsip representative (the representational principle). Berdasarkan prinsip faktor umum dapat terjadi tiga hal yaitu, sebuah objek dilihat sesuai dengan objek sesungguhnya (hal ini adalah persepsi yang benar), sebuah objek dilihat tetapi kelihatannya adalah tidak benar (ilusi), sebuah objek dilihat akan tetapi sesungguhnya objek itu tidak ada (halusinasi). Prinsip phenomena adalah kondisional yang menggunakan pernyataan “jika…maka). Prinsip representatif adalah pengalaman visual yang artinya perhatian yang intensif terhadap keberadaan (masa depan) sesuatu di dalam dunia.
Dengan demikian persepsi seseorang terhadap objek tergantung pada prinsip yang dipergunakannya untuk melihat dan berkomunikasi dengan objek tersebut. Persepsi adalah bagian dari karakter dalam arti pemikiran-pemikiran yang mendasari karakter. Jika prinsip yang mendasari persepsi seseorang cenderung secara intensif dipergunakan, maka akan tercipta kebiasaan persepsi yang mendasari karakter.

D.Enam Pilar Pendidikan Karakter
Josephson Institute mengajukan enam pilar karakter (The Six Pillars of Character) yaitu hal yang dapat dipercaya (trustworthy), penuh hormat (respectful), mau
mendengarkan (responsible), keadilan (fairness), perduli atau acuh (caring), warga
Negara (citizen), Lebih lanjut Josephson Institute menampilkan indikator dari enam
pilar karakter tersebut, sebagai berikut:
1. Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang jujur, tidak mencuri, tidak menipu, dapat diandalkan, memiliki keberanian untuk melakukan yang benar, membangun reputasi yang baik, loyal kepada keluarga, teman, dan Negara.
2. Orang yang hormat harus memperlakukan orang lain dengan hormat, mengikuti Golden Rule, toleran dan menerima perbedaan, menerapkan sopan santun, menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi, memperhatikan perasaan orang lain, tidak melakukan ancaman, memukul atau menyakiti orang lain, melakukan kemufakatan damai terhadap orang lain yang melakukan kemarahan, penghinaan, dan yang sering menentang kemufakatan.
3. Orang yang mau mendengarkan adalah melakukan rencana ke depan, tekun dan selalu mencoba, selalu melakukan yang terbaik, mengontrol diri, berdisiplin, berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap, dan menetapkan contoh yang baik bagi orang lain.
4. Orang yang adil adalah bermain sesuai dengan aturan, berbagi dan bergiliran, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, tidak menyalahkan orang lain, tidak sembarangan, memperlakukan semua orang secara adil.
5. Orang yang perduli adalah penuh kasih dan memperlihatkan kepedulian, mengungkap rasa syukur, memaafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6. Orang yang menyadari dirinya sebagai warga Negara adalah mau bekerja sama, bertempat tinggal jelas dan formal, terlibat dalam urusan yang membuat masyarakat agar lebih baik, menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati pemerintah (otoritas), melindungi lingkungan,

E. Karakter dalam Perpektif Pendidikan
Karakter dalam perpektif pendidikan pada dasarnya meliputi ranah pengetahuan, ranah sikap dan ranah psikomotorik. Karakter dalam ranah pengetahuan sering juga disebut sebagai intellectual character, dalam mana menurut Blythe (1998) mengatakan, “ If one’s intellectual character is shaped by the thinking dispositions one possesses, which dispositions are most important to cultivate and nurture? If the goal is intelligent behavior in the world, which dispositions can best motivate thinking that is reasonably flexible, reflective, and productive in achieving its ends or goals with regard tomaking decisions, solving problems, or developing understanding “.
Intellectual character haruslah terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, sehingga dalam perumusan rencana proses pembelajaran harus selalu mempertimbangkannya. Demikian juga karakter dalam ranah sikap dan psikomotorik atau yang sering disebut sebagai character in action, harus pula terintegrasi dalam setiap perilaku guru, pegawai, dan subjek didik, serta proses manajemen persekolahan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Lukman, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.
Dimerman Sara. 2009. Chracter is The Key. How to Unlock the best In Our Children and Our selves. Camada: John Wiley & Sons Canada, Ltd
Fish William. 2010. Philosophy of Perception. A Contemporary Introduction. New York:
Routledge
Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc., http://www.charactercities.org/ downloads/ publications/Whatischaracter.pdf. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.
Hornby A S. 1974. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford: Oxford University Press.
Josephson Institute. Thes Six Pillars of Character. http://charactercounts.org/sixpillars.html.diunduh tanggal 11 Agustus 2011
Kupperman Joel J. 1991. Character. Newyork, Oxford: Oxford University Press.
McElmeel Sharron L. 2002. Character Education. A book Guide for Theacher, Librarians, and Parents. Colorado: Libraries Unlimited, Theacher Ideas Press.
Sprod, Tim. 2001. Philosophical Discussion in Moral Education. London: Roudledge
Zuchdi Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek.
Yogyakarta: UNY Press.